WEFEA Report



Indonesia patut bangga dengan kepemimpinan Presiden SBY yang dapatkan apresiasi tinggi masyarakat Internasional. Di Manila, Jumat (23/5), World Economic Forum (WEF) berikan penghargaan Global Statesman Award kepada Presiden SBY atas kepemimpinannya dalam membangun ekonomi dan demokrasi Indonesia. Selain itu, penghargaan ini juga diberikan atas peran aktif Presiden SBY dalam berbagai dialog internasional di berbagai bidang seperti pendidikan, pembangunan dan demokrasi.

Profesor Klaus Schwab selaku ketua WEF memandang bahwa periode kepemimpinan Presiden SBY sebagai Indonesia’s golden years atau Masa Emas Indonesia. Presiden SBY juga dipandang mampu buktikan bahwa Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia mampu menjalankan demokrasi dan menjunjung kebebasan politik.

“Kita telah memutuskan mitos – ketakutan - bahwa demokrasi dapat menceraikan persatuan, sebaliknya demokrasi telah menjadikan kita semakin bersatu. Kita telah menjadi contoh bahwa demokrasi, Islam dan modernitas dapat berjalan berdampingan,” ucap Presiden SBY.

Profesor Klaus Scwab juga memuji kecekatan Indonesia mengatasi bencana alam, serta kemampuan Presiden SBY memimpin negeri luas dengan mayoritas muslim terbesar di dunia secara demokratis dan damai. Presiden SBY juga dinilai berhasil membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia di bidang penghormatan terhadap hak asasi manusia dengan perspektif gender, pendidikan, modernisasi dan inklusivitas masyarakat. Presiden SBY dinobatkan sebagai pemimpin teladan di Asia. Penganugerahan award tersebut dilakukan di tengah konferensi WEFEA, di hadapan sekitar 600 hadirin dari sekitar 30 negara.

Presiden SBY sampaikan bahwa walaupun dunia saat ini tengah dicoba dengan goncangan politik, ketidakpastian ekonomi hingga tensi strategis, Indonesia mampu terus tumbuh hingga menjadi anggota G-20.

“Kita telah membuktikan – kepada diri kita dan kepada dunia - bahwa kita tidak harus memilih antara demokrasi dan pembangunan, dan bahwa kita bisa mendapatkan kebebasan politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di saat bersamaan,” ujar Presiden SBY.

Kehadiran Presiden SBY dalam pembukaan World Economic Forum on East Asia (WEFEA), Kamis (22/5) di Manila, Filipina tahun ini akan menjadi kali terakhir kedatangan beliau sebagai Presiden RI. “Di masa mendatang, saya mungkin akan duduk di bagian belakang ruangan, dan saya harap Professor Schwab (Chairman World Economic Forum) mau berbaik hati memberikan saya tempat duduk,” canda Presiden SBY dalam sambutannya.

WEFEA 2014 berlangsung tiga hari, 21-23 Mei 2014, dan mengambil tema 'Leveraging Growth for Equitable Progress'. Forum ini menjadi wadah untuk bertukar pimpinan negara-negara Asia Timur terkait solusi dan tantangan ekonomi di kawasan maupun dunia.

Dalam forum ini, Presiden SBY tetap yakin bahwa Agenda Pembangunan ASEAN (ASEAN Development Agenda) yang beliau gagas dapat dicapai. Presiden SBY optimis bahwa ASEAN mampu bersama meningkatkan GDP dua kali lipat menjadi 2,2 Triliun dolar pada tahun 2030, serta menurunkan angka kemiskinan dari 18.6% menjadi 9.3%.

Dalam mencapai tujuan tersebut, Presiden SBY tekankan pentingnya mobility for all bagi masyarakat melalui pendidikan sebagai senjata melawan kemiskinan.

Sejak 2007, pemerintah Indonesia juga telah mencairkan Rp 150 Triliun kredit mikro bagi rakyat miskin, tanpa perlu adanya jaminan. Berbagai program pro-rakyat yang telah dijalankan mampu membangun Indonesia yang mampu bertahan di tengah naik turunnya ekonomi global.

Bank Dunia saat init telah menempatkan Indonesia pada posisi ke-10 ekonomi terbesar di dunia dilihat dari Purchasing Power Parity-nya. McKinsey memproyeksikan akan ada 135 juta penduduk Indonesia yang akan menjadi consuming class sehingga Indonesia dapat menawarkan kesempatan pasar sebesar 1.8 Triliun USD.

Source : Government Official

Tidak ada komentar:

Posting Komentar