Ketemu lagi! Kali ini saya ingin memaparkan
mengenai pentingnya peranan kita sebagai manusia dalam menyikapi isu pemanasan
global. Dimana pemanasan global inilah yang akan berdampak secara langsung
terhadap perubahan iklim yang terjadi di muka bumi.
Pemanasan global bukanlah hal yang baru lagi
dalam benak kita. Hal tersebut sudah menjadi topik pembicaraan di berbagai
belahan dunia. Namun, hanya segelintir manusia yang benar-benar sadar dan
peduli akan akibat dari pemanasan global ini. Seperti yang telah kita lihat di
berbagai tempat, amat banyak kegiatan manusia yang memicu terjadinya pemanasan
global. Pemanasan global dapat berdampak langsung terhadap perubahan iklim yang
ekstrim serta berakibat pula terhadap beberapa permasalahan, seperti tenggelamnya
pulau-pulau kecil, perubahan sirkulasi populasi laut, serta perubahan pola
penyakit, bahkan menurut para ahli, apabila hal ini berlangsung terlalu lama,
suatu saat nanti dapat membinasakan populasi makhluk hidup. Hal tersebut
dikarenakan, kemampuan beradaptasi kita yang tidak sanggup lagi untuk menerima
perubahan. Terutama perubahan iklim.
Ya, perubahan iklim. Perubahan iklim memang
telah menjadi tantangan serius yang harus dihadapi oleh peradaban manusia saat
ini. Untuk dapat mempertahankan segala yang telah kita capai sebagai umat
manusia, kita perlu meminimalisir bahkan meniadakan dampak-dampak yang bisa
timbul dari pemanasan global, yang sejatinya merupakan ulah manusia itu
sendiri. Tidakkah lucu apabila peradaban kita tiba-tiba musnah akibat perbuatan
kita sendiri. Saya rasa anda semua telah mengetahui jawabannya.
Saya beri satu contoh, dikutip dari hasil
penelitian salah satu stasiun televisi ilmu pengetahuan National Geographic
Channel, para ilmuwan telah menemukan bangkai seekor mamoth, atau gajah purba,
yang ditemukan terkubur dibawah es padat dalam kondisi yang masih hangat.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah, gajah ini tewas tertimbun salju, ketika
ia sedang memakan rerumputan di padang rumput yang sedang beriklim hangat.
Terdengar agak tak masuk akal bukan? Hal tersebut terbukti dari ditemukannya
rumput yang masih hangat di dalam perut sang mamoth. Dari penemuan tersebut,
diketahui bahwa badai salju hebat datang secara tiba-tiba saat rerumputan dan
iklim hangat disana masih berlangsung.
Apa artinya? Iklim pada zaman mereka
mengalami perubahan dramatis dalam sekejap atau dalam jangka waktu yang
singkat. Menurut para ahli, perubahan iklim merupakan siklus berkelanjutan yang
selamanya akan terjadi di muka bumi. Namun, jangka waktu proses perubahannya
lah yang membedakan. Jika pada zaman mamoth saja iklim dapat berubah dengan
sekejap, tanpa adanya emisi karbon yang berlebihan dari industri, bagaimana
dengan zaman kita? Mereka meyakini bahwa, proses perubahan iklim pada zaman
kita ini akan jauh lebih cepat dari sebelumnya. Bagaimana tidak? Kita saja
sebagai manusia secara tidak disadari telah ikut mendukung proses perubahan
iklim ini.
Perubahan iklim yang tidak
menentu akibat dari pemanasan global sudah banyak dirasakan saat ini. Beberapa
daerah di Indonesia contohnya, terdapat daerah yang mengalami curah hujan
sangat rendah sehingga terjadi krisis air atau kekeringan. Namun di dareah
lainnya, justru curah hujan yang sangat tinggilah yang terjadi sehingga
menimbulkan banjir dan tanah longsor.
Dan celakanya, Negara kita
tercinta, Indonesia telah menduduki urutan ketiga sebagai negara penyumbang
emisi gas CO2 terbesar di dunia setelah AS dan China. Bukan dari industri,
melainkan dari pembakaran hutan yang saat ini sedang marak terjadi di Indonesia.
Ironis bukan?
Namun, hal-hal tersebut
dapat kita minimalisir, setidaknya kita bisa memperlambat prosesnya. Penyebab
utama dari pemanasan global adalah manusia itu sendiri. Manusia dengan beragam
aktivitasnya sedikit demi sedikit telah memperburuk keadaan iklim kita. Lantas
Bagaimana cara meminimalisirnya?
Sebenarnya ada banyak hal
yang bisa manusia lakukan untuk menghindari pemanasan global sekaligus
perubahan iklim. Pertama, penghematan energi. Sektor energi adalah salah satu
penyumbang emisi karbon terbesar bagi bumi. Dalam hal ini, terdapat begitu
banyak macam energi yang sebaiknya kita kurangi penggunaannya terutama energyi
fosil. Sebagai gantinya, kita bisa menggunakan energi alternatif yang lebih
ramah lingkungan. Salah satu contohnya adalah biogas yang dapat menjadi bahan
bakar alternatif karena memanfaatkan kotoran hewan sebagai bahan bakarnya.
Yang kedua adalah
penghematan air. Penghematan air amat diperlukan mengingat semakin sedikitnya
stok air bersih di bumi. Hal ini dimaksudkan agar ketersediaan stok air bersih
di bumi dapat terjaga. Bayangkan saja apabila stok air bersih di bumi habis?
Mungkinkah manusia dapat tetap hidup sehat? Tentu tidak.
Yang ketiga adalah
pelestarian hutan. Langkah kecil yang dapat diterapkan secara langsung dalam
kehidupan sehari-hari adalah penggunaan kertas. Telah kita ketahui bersama
bahwa bahan utama kerta adalah pohon. Mengingat pohon berperan sangat penting
bagi kestabilan iklim di bumi, kita harus bisa melestarikan dan merawatnya
dengan baik. Tanamilah lahan-lahan kosong dan gundul dengan pepohonan. Program
banyak pohon banyak rejekipun patut kita apresiasi. Namun, telah menjadi hal
yang sangat memalukan bahwa luas hutan di bumi terutama di Indonesia telah
berkurang secara drastis. Dan sekali lagi, manusialah aktor utamanya. Selain
itu, meluasnya lahan pemukiman maupun kawasan industri dan bisnis semakin
membuat kawasan hutan menyusut. Lantas dimanakah kesadaran kita? Mengapa kita
terus menyakiti bumi ini, padahal bumi telah memberikan kita tempat untuk hidup
yang begitu layak.
Dalam mencegah terjadinya
pemanasan global dan perubahan iklim, tak hanya tiga poin tadi yang dapat
dijadikan pedoman, masih sangat banyak cara yang dapat kita lakukan agar bumi
kita tercinta ini dapat terhindar dari kerusakan. Terlebih lagi generasi muda
yang sepatutnya mampu menciptakan solusi bijak yang dapat diterapkan demi
menjaga kelangsungan makhluk hidup yang ada di bumi.
Oleh karena itu, marilah
kita mulai turut berpartisipasi dalam gerakan pencegahan perubahan iklim dengan
didasari keinginan dan kesadaran diri kita sendiri. Wariskanlah bumi kita yang
asri kepada anak cucu kita, bukan yang penuh polusi dan pemukiman padat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar